Wednesday 30 January 2008
>>Sabar Yang Paling Mengagumkan<<
Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah
(Sebab-Sebab yang Terlupakan). Mari sejenak kita perhatikan bersama kisah tersebut. Dokter tersebut berkata:
Pada suatu hari, (hari Selasa) aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11.15 -aku tidak melupakan waktu itu karena pentingnya kejadian tersebut- tiba tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah ‘Azza wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah ‘Azza wa Jalla.
Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulitnya untuk mengabarkan keadaan pasien kepada keluarganya jika ternyata keadaannya memburuk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tetapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!”
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak gerak. Kamipun memuji Allah ‘Azza wa Jalla serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kamipun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.”
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,20C. Maka kukatakan kepada ibunya: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menangis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,60C, dia akan mati..., dia akan mati...”. Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 410C sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no.6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.”
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallahu ‘alihi wasallam yang indah lagi agung: ”Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah:
“Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Di mana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda.
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya. Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut dihadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompeks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya apa-apa kecuali hanya berdo’a dan merendahkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyusul ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab, “Tidak mengenal mereka.”
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.”
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar’i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.”
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu.”
Maka kukatakan kepadanya: “wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.”
....
Saudara-saudariku, ketahuilah bahwa beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah taufik dan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Sumber: Qiblati edisi 01 tahun III
* Wangi Harum Masyithah *
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pada saat malam terjadinya Isra’ saya mencium bau harum, sayapun bertanya, “Ya Jibril, bau harum apakah ini?”
Jibril menjawab, “Ini adalah bau wangi wanita penyisir rambut putri Fir’aun (Masyithah) dan anak-anaknya.”
Saya bertanya, ”Bagaimana bisa demikian?”
Jibril bercerita, “Ketika dia menyisir rambut putri Fir’aun suatu hari, tiba-tiba sisirnya terjatuh. Dia mengambilnya dengan membaca ”Bismillah (dengan nama Allah).”
Putri Fir’aun berkata, “Hai, dengan nama bapakku?”
Masyithah berkata, “Bukan, Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan bapakmu.”
Putri Fir’aun bertanya, “Kalau begitu, kamu punya Tuhan selain ayahku?
Wanita tukang sisir itu menjawab, “Ya.”
Anak putri Fir'aun berkata, 'Akan aku laporkan pada ayahku.'
Wanita tukang sisir menjawab, 'Silahkan!'
Putri Fir’aun kemudian melaporkan kepada bapaknya, dan Fir’aunpun kemudian memanggil Masyithah.
Fir’aun bertanya, “Ya Masyithah, apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?”
Masyithah menjawab, “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”
Kemudian Fir'aun memerintahkan untuk mempersiapkan periuk besar dari tembaga untuk dipanaskan. Satu persatu anak wanita tukang sisir itu kemudian dilemparkan ke dalam periuk yang mendidih.
Beberapa saat kemudian, Masyithah berkata kepada Fir’aun, “Saya mempunyai satu permohonan.”
Fir’aun menjawab, “Katakanlah.”
Masyithah berkata, “Saya ingin engkau mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang-tulang anakku dalam satu kain/kantong untuk kemudian dikuburkan.”
Fir’aun menjawab, “Akan aku penuhi permintaanmu.”
Lalu satu demi satu anaknya dilemparkan ke dalam periuk mendidih itu di depan matanya, sampai akhirnya tinggal seorang bayi yang masih menyusu. Pada saat itu wanita tukang sisir nampak ragu-ragu.
Si bayi diatas gendongan Masyithah, atas izin Allah tiba-tiba berbicara, “Terjunlah Ibu! Ayo terjunlah, adzab dunia lebih ringan daripada adzab Akhirat.” Mendengar anaknya berbicara si ibupun langsung terjun bersama bayinya.
Demikianlah sebuah kisah yang tercantum dalam Musnad Imam Ahmad, 4/291-295 dan juga tercantum dalam Majma’uz Zawa’id, 1/65. Anisul Jalabi II, Ali Al-Hazza’. Kisah dari seorang wanita bernama Mashithah yang menjadi penerang kegelapan istana Fir’aun. Dia mempertahankan kebenaran, meskipun berat dan pahit terasa. Lalu siapakah pembawa obor bagi kita di kegelapan abad dua puluh satu ini?
IBROH (Pelajaran yang dapat dipetik):
1. Anjuran untuk tetap sabar dan teguh ketika muncul fitnah.
2. Balasan itu sesuai dengan jenis amal yang dikerjakan.
3. Bagi yang bersabar dalam memegang teguh agama dan tidak takut dicela orang niscaya memperoleh pahala dan ganjaran yang sangat besar, sebagaimana firman Allah dalam QS: Az-Zumar: 10,
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas."
4. Seorang muslim diperbolehkan mengajukan permintaan yang mengandung kebaikan sekalipun kepada thaghut, sebagaimana kisah ini. Wanita tukang sisir anak gadis Fir'aun meminta agar tulang tubuhnya dan anak-anaknya dikubur menjadi satu.
5. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberi jalan keluar untuk para waliNya dari musibah atau bencana yang menimpa.
6. Ketetapan karamah Allah yang diberikan bagi orang shalih dan shalihah.
7. Karamah termasuk dalam kategori peristiwa langka dan luar biasa.
Sumber:
- Khoirunnisaa il’aalamiina- mawaaqifa nisaaiyati masyriqotin. (terjemahan)
- Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam wash shahabah al-Kiram. (terjemahan)
" Si Pemilik Roti "
Dikisahkan ada seorang laki-laki yang beribadah dalam padepokannya selama 70 tahun, tidak pernah turun (beranjak), kecuali satu hari saja. Ketika itu ada setan yang datang menyerupai seorang perempuan. Kemudian, ahli ibadah ini hidup bersama perempuan tersebut selama 7 hari 7 malam.
Setelah itu terbukalah tabirnya, dia pun keluar dan bertaubat. Setiap kali dia melangkahkan kaki untuk melakukan sesuatu, ia selalu shalat dan bersujud.
Tiba-tiba seorang rahib datang, dia diutus mendatangi orang-orang miskin ini setiap malam dengan membawa roti yang banyak, lalu memberikannya ke setiap orang di antara mereka itu satu roti besar. Rahib itu melewati laki-laki yang bertaubat tersebut, mengira bahwasanya dia juga orang miskin. Akhirnya dia pun memberinya satu roti besar pula.
Ada satu orang miskin yang belum kebagian roti, lalu bertanya kepada rahib, 'Mengapa Anda tidak memberi aku roti?' Rahib yang membagikan roti itu menjawab, 'Sungguh malam ini aku tidak memberimu sesuatu apa pun'.
Laki-laki yang bertaubat itu memperhatikan roti yang dipegangnya, lalu memberikannya kepada si miskin yang tidak kebagian dan sangat membutuhkan karena lapar dan lelah.
Keesokan harinya, laki-laki bertaubat itu meninggal ....
Kemudian, ibadahnya selama 70 tahun ditimbang dengan kemaksiatannya selama 7 malam. Ternyata lebih berat keburukannya yang 7 malam. Dan kebaikannya memberi sepotong roti ditimbang dengan kemaksiatannya selama 7 malam, dan lebih berat kebaikannya memberi roti.
Abu Musa berkata, 'Wahai anakku, ingat-ingatlah kisah si pemberi roti itu'."
Demikianlah, sesungguhnya sedekah itu dapat meredamkan murka Allah. Oleh karena itu, bersegeralah untuk menginfakkan harta kita di jalan Allah. Sadarilah bahwa dunia ini fana, tetapi segala sesualu yang kita sedekahkan akan kekal di sisi Allah Ta'ala. Suatu saat nanti, kita pasti akan memetiknya di sana, kita akan merasa puas dengan apa yang telah kita berikan. Akan tetapi, jika kita pelit, takut akan menjadi fakir dan kekurangan, lalu kita mengumpulkan harta tersebut karena tamak dan bakhil, maka kita akan menyesal dan celaka.
Sumber: Bila Amal Dibayar Kontan (Kama Tadinu Tudanu)
Tuesday 29 January 2008
Garing....Tapi .... Renyah...!!
Teng tong...pulang dr kamps, nay ma tmn2 nunggu bis faforit "NUSANTARA" .Gara2 qta over interest sm bus itu,,smpe2 qta nyeleksi dr ribuan bis yang lewat.Uiiiih!!Ribuan!! La wong hanya be2rapa biji saja qt bingung naek yang mn!! aplagi ribuan!??(intermezzo)
Pembicaraan mulai dibuka..gk d pra, inti, taw penutupnya..garing kn.??kidding
tb2 cewe peron ngomong :"eh...itu bus Restu.." itu sbutan salah 1 tmn nay yg BS(black sweet).
cewe 2:" jangan naik restu ah!! kl nyalib suka sembarangan..jd takut n merinding kn??"
cewe 3 nyeletuk :" iya kalau nyalip gk pandang BulU "
langsung aja nay nyahut :" ngapain nyalip pke mandang BuLu?? gk Penting banget !! kl nyalip itu mestinya mandang depan, samping,,,ehhhhhhhh....malah Lihatin BuLu!! emangnya yg mw kita salip bulunya keliatan?? (mgkn yg dmksd cewe3 bulu ap y???????)
kalau diinget2 kata2 nay agak garing...ehhhhhhhhhhhhh...bukan!! tapi mmg garing!! tp...yang jd prtnyaanya... knp mrk mlh ktw kenceng banget y??
Saturday 19 January 2008
" Parabola Berjalan diatas Sepeda "
Hujan pun datang tanpa di undang. Karena naik sepeda kita pun berhenti sejenak. r.g, Begitu kami biasa menyebutnya. Dengan PeDenya dia mengeluarkan payung dari keranjangangnya dan berkata : "Hehehe...saya bawa payung...kalian gak kan???"
Santai saja Nay bilang : "Jangan bawa payung sambil berkendara, bahaya tau!!"
Ye...diaenya malah cuek and Sotoi.
Perjalanan pun kita lanjutkan...tiba2...BREEESSSS!! hujan datang deres disertai angin kencang. Langsung aja kita (me n M'Ri2n) berteduh. Gak nyangka ternyata payung r.g....BERUBAH...!! jadi seperti PARABOLA BERJALAN...Hwakakakakaak...kita pun ketawa tanpa henti.
Dalam hati kita bilang : "Untung cuma payungnya..gimana kalau sekalian orangnya???"