• Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description

Tuesday 20 August 2013

Air Mata Untuk Mesir …

#EgyptMassacre … Hari ini TL saya kebanjiran hastag #safeEgypt diiringi dengan photo photo dan youtube tentang pembantaian manusia di Mesir oleh militer yang pro kudeta yang telah menghancurkan, membunuh para pendukung Mursi, dan airmata mengalir tak tertahankan, nyaris bak kebanjiran, air yang jatuh dari langit pun seakan tak mau berhenti seperti lingangan airmata anak anak dan perempuan di jalur Massacre, bedanya dengan tangisan saya disini adalah saya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu kaum perempuan dan anak anak untuk terbebas dari desing peluru,  dihujani roket, diberondong mesiu dan bahkan mereka disana tak mampu menangis karena mengering sudah airmata 

Dan disini, malam ini,
di negeri dengan penduduk Islam terbanyak, justru banyak orang yang sedang terkantuk kantuk karena kekenyangan, mereka mati hati, hilang keperdulian, sementara di sana, di Mesir anak anak kecil, bayi merah, Ibu yang tak pernah lelah juga sedang terkantuk, tapi mereka terkantuk karena menjaga tiap jengkal negerinya yg mulia dari kehancuran, mereka terus terjaga dengan perut kosong, rela airmata keluar untuk mempertahankan keyakinan demi ALLAH, dan memberi pemahaman pada diri bahwa hidup bukan hanya sekedar untuk makan, tapi memperjuangkan keyakinan, mati sebagai suhada, bukan sekedar mati, kita dinegeri ini harusnya  malu padamu Mesir 


Disini malam ini, di negeri yang katanya beriman, para pemuda kami bahkan masih bisa berdendang lirih mendengarkan lagu melow, bangga dengan kegalauan yang diciptakan Adele, Cakra Khan, Noah, ahhh!! masih pula sempat tersenyum dan tertawa terbahak bahak dengan perut kenyang, menonton TV, menikmati dunia, sedang Perempuan dan anak anak di Mesir sana berkumandang takbir “Allah Akbar… Allah Akbar” yang tak sedikit bertakbir lantang dengan lumuran darah, belum tertutup mulut bertakbir bahkan nyawa sudah melayang, belum turun kepala tangan mengagungkan ALLAH, kepala sudah terpenggal, sungguh menyaksikan kepulangan demi kepulangan suami, istri tercinta, anak anak yang bersimbah darah, airmata bukan hal yang mudah, sedang, pemudah muslim disini, masih asyik pacaran  untuk kenikmatan dunia sedang kalian memenuhi janji, bahwa hidup dan mati hanya untuk ALLAH 

Di sini malam ini, di rumah kami, di Indonesia ini, AlQuran kami simpan rapi di lemari, seakan barang keramat yang tak boleh disentuh, pajangan penghias lemari buku agar terkesan alim dan solehah, sedang disana kalian baca AlQuran dan menghapalnya ditengah dentuman roket perang, diantara hidup dan mati, yang setiap helaan napas menjadi begitu berarti, kami khianat atas surat cinta ALLAH, kami mencari hidup dengan menjadikan internet sebagai jawaban dari hidup dan mati padahal AlQuran memiliki segala
.Kami iri padamu Mesir, yang mampu membuat para setan dan iblis kehabisan akal, di negeri kami pejabatnya turun kejalan, ke kota jika diliput, pencitraan, blusukan menghabiskan uang rakyat yang sudah miskin ini, disana pejabat kalian tidur bersama kalian, kelaparan bersama..berjuang bersama !! 

Disini, di negeri dengan penduduk muslim terbanyak, jangankan Qiyamulail, shubuh dimasjid bagi kami berat, shalat terasa beban hingga dilakukan diakhir waktu kerja, seakan rejeki adalah hasil jerih payah kami sedang disana kalian tak lepas dari ALLAH siang maupun malam tapi kami disini hidup tapi mati, malam malam kami terlelap mimpi dibalik hangatnya selimut, airmata kami tiada kecuali jika kepentingan dunia kami hilang, iya kami mati hati nurani kami karena cinta dunia, linangan airmata kami sia sia, mati kami hanya menghilangkan jasad dan jiwa, hilang tanpa gelar syuhada

Melihat roket roket menebas langit dan desingan peluru dari tentara pembantai membombardir para pemudamu, kami sadar betapa lalai diri ini, alpa, penuh keluh, tanpa syukur,  entahlah, apakah diri ini mampu menyamai atau membersamai kalian dalam keimanan yang sedalam itu,  kami benar2 iri padamu,  tangis kami disini, hanya sebatas tangis iman saudara semuslim, tak akan mungkin menyamai tangisan kebanggaan kau disana, wahai ahlul
Kami yakin penjagaan ALLAH terhadap kalian telah jauh mendahului doa doa kami, tapi kami tak bosan mendoakanmu wahai mujahid
.


No comments:

Post a Comment