• Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description
  • Description

Saturday 24 August 2013

Daun Tak Pernah Membenci Angin




“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. 
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. 
Tak melawan. 
Mengikhlaskan semuanya.”

Kalimat diatas menampar saya di sore ini, terbayang oleh saya betapa ikhlasnya sang daun, meski dijatuhkan oleh angin dia tidak pernah marah, bahkan tumbuh lagi yang baru, semakin banyak yang jatuh semakin tumbuh daun daun baru, tanpa melawan, dan begitulah seharusnya saya sebagai manusia, patuh pada ketentuan ALLAH, tanpa melawan, semakin saya lawan akan semakin sengsara hidup saya, sibuk menampik, sibuk mencari pembenaran atas kesalahan yang terjadi, sibuk berkeluh kesah atas segala kehilangan, damn! it’s true kalau kata twitter, hehehe … 

Ada yang bilang bahwa hidup ini seperti
membaca novel  dimana tidak semua halaman berisi cerita bahagia, kalau halaman yang kita baca sekarang ini terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, baca aja terus, nanti ada halaman yang bahagia, ada halaman yang akan membuat kita bahagia, terbahak bahak lucu, terus saja membaca, jangan buku ini berakhir, jadikan setiap kejadian hanya sekedar kejadian karena yang bikin hidup ini rumit kan sebenarnya diri saya sendiri, pikiran saya sendiri yang melabelkan kalau jatuh cintai itu bahagia kalau patah hati itu sesak napas, padahal jatuh dan patah tak ada bedanya lagi … kan ada ALLAH !!

Belajar dari kehilangan demi kehilangan dari hidup yang saya jalani puluhan tahun, dulu saya merasa menjadi orang yang paling sengsara, sering nya curhat ke sahabat saya yang pada akhirnya lelah menjadi pundak saya untuk menangis, kemudian satu persatu berguguran seperti daun, hilang tertiup angin, menguap entah kemana, dan pada akhirnya saya sadari bahwa hanya tinggal saya, apa iya tinggal saya? ternyata tidak, saat saya sendiri justru ALLAH hadir dengan syahdu, pada malam malam sujud panjang saya, dan sedikit demi sedikit saya mulai merasakan tak ada lagi yang saya butuhkan kecuali ALLAH, egois? engga juga !!

Manusia memang mahkluk sosial termasuk saya, tapi sendiri pada saat saya butuh ALLAH ternyata sesuatu yang saya butuhkan, saya tempel terus ALLAH, kemudian ALLAH memberikan teman teman terbaik untuk mendampingi saya sebagai pengganti teman teman yang jatuh berguguran, dan tidak tanggung tanggung ALLAH memberikan semua yang saya butuhkan untuk saya cintai, dan mereka yang juga butuh cinta saya, sungguh ALLAH hanya akan memberikan cinta yang saya butuhkan agar kami semua saling membutuhkan, bukan cinta yang saya inginkan, karena yang saya inginkan belum tentu saya butuhkan … sound dewasa si Ade, yup, i was grow up dear !!

Jadi biarkan daun jatuh terbawa angin, biarkan embun menguap terganti matahari, biarkan malam dan siang saling berlalu, kita hanya menjalani takdir, baik buruk, indah luka semua sama ketika ALLAH menjadi sandaran … so one last cry !! selamat datang gerimis, dinginmu menyejukan  

“Orang yang memendam perasaan sering kli terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”

- Tere Liye –

~Rinduku~

No comments:

Post a Comment