“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin.
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan.
Mengikhlaskan semuanya.”
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan.
Mengikhlaskan semuanya.”
Kalimat diatas menampar saya di sore ini,
terbayang oleh saya betapa ikhlasnya sang daun, meski dijatuhkan oleh angin dia
tidak pernah marah, bahkan tumbuh lagi yang baru, semakin banyak yang jatuh
semakin tumbuh daun daun baru, tanpa melawan, dan begitulah seharusnya saya
sebagai manusia, patuh pada ketentuan ALLAH, tanpa melawan, semakin saya lawan
akan semakin sengsara hidup saya, sibuk menampik, sibuk mencari pembenaran atas
kesalahan yang terjadi, sibuk berkeluh kesah atas segala kehilangan, damn! it’s
true kalau kata twitter, hehehe …
Ada yang bilang bahwa hidup ini seperti
membaca novel dimana tidak semua halaman berisi cerita bahagia, kalau halaman yang kita baca sekarang ini terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, baca aja terus, nanti ada halaman yang bahagia, ada halaman yang akan membuat kita bahagia, terbahak bahak lucu, terus saja membaca, jangan buku ini berakhir, jadikan setiap kejadian hanya sekedar kejadian karena yang bikin hidup ini rumit kan sebenarnya diri saya sendiri, pikiran saya sendiri yang melabelkan kalau jatuh cintai itu bahagia kalau patah hati itu sesak napas, padahal jatuh dan patah tak ada bedanya lagi … kan ada ALLAH !!
membaca novel dimana tidak semua halaman berisi cerita bahagia, kalau halaman yang kita baca sekarang ini terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, baca aja terus, nanti ada halaman yang bahagia, ada halaman yang akan membuat kita bahagia, terbahak bahak lucu, terus saja membaca, jangan buku ini berakhir, jadikan setiap kejadian hanya sekedar kejadian karena yang bikin hidup ini rumit kan sebenarnya diri saya sendiri, pikiran saya sendiri yang melabelkan kalau jatuh cintai itu bahagia kalau patah hati itu sesak napas, padahal jatuh dan patah tak ada bedanya lagi … kan ada ALLAH !!
Belajar dari kehilangan demi kehilangan dari hidup yang saya
jalani puluhan tahun, dulu saya merasa menjadi orang yang paling sengsara,
sering nya curhat ke sahabat saya yang pada akhirnya lelah menjadi pundak saya
untuk menangis, kemudian satu persatu berguguran seperti daun, hilang tertiup
angin, menguap entah kemana, dan pada akhirnya saya sadari bahwa hanya tinggal
saya, apa iya tinggal saya? ternyata tidak, saat saya sendiri justru ALLAH
hadir dengan syahdu, pada malam malam sujud panjang saya, dan sedikit demi
sedikit saya mulai merasakan tak ada lagi yang saya butuhkan kecuali ALLAH,
egois? engga juga !!
Manusia memang mahkluk sosial termasuk saya, tapi sendiri
pada saat saya butuh ALLAH ternyata sesuatu yang saya butuhkan, saya tempel
terus ALLAH, kemudian ALLAH memberikan teman teman terbaik untuk mendampingi
saya sebagai pengganti teman teman yang jatuh berguguran, dan tidak tanggung
tanggung ALLAH memberikan semua yang saya butuhkan untuk saya cintai, dan
mereka yang juga butuh cinta saya, sungguh ALLAH hanya akan memberikan cinta
yang saya butuhkan agar kami semua saling membutuhkan, bukan cinta yang saya
inginkan, karena yang saya inginkan belum tentu saya butuhkan … sound dewasa si Ade,
yup, i was grow up dear !!
Jadi biarkan daun jatuh terbawa angin, biarkan embun menguap
terganti matahari, biarkan malam dan siang saling berlalu, kita hanya menjalani
takdir, baik buruk, indah luka semua sama ketika ALLAH menjadi sandaran … so
one last cry !! selamat datang gerimis, dinginmu menyejukan
“Orang yang memendam perasaan sering kli terjebak oleh
hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan
hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun
mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan
mana simpul yang dusta.”
- Tere Liye –
~Rinduku~
No comments:
Post a Comment